Breaking News

Perempuan Tangguh Sang Penganyam Bili Droe di Aceh Besar

                       Khairunnisa Siregar


Oleh : Khairunnisa Siregar
Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam
UIN Ar-Raniry

Aceh Besar - Salah satu kekayaan budaya Indonesia yang patut di lestarikan adalah produk anyaman lokal . Produk anyaman lokal merupakan karya seni yang sudah ada dari zaman nenek moyang yang berlangsung secara turun temurun yang wajib di lestarikan hingga saat ini.

Produk local yang merupakan bagian dari karya seni yang di buat dengan cara menganyam bahan-bahan alami seperti tumbuhan bilie, bambu, rotan dan lain sebagainya yang diolah menjadi tudung nasi, tempat beras hingga tas yang mempunyai nilai jual.

Bili  Droe adalah kelompok anyaman bili yang terdapat di salah satu gampuong di Indrapuri Aceh Besar yaitu Gampong Lampanah Tunong. Bili Droe sudah ada sejak tahun 1983 yang kerap dikenal dengan sapaan kelompok tunas karya yang mempunyai 25 orang anggota yang diantara nya adalah perempuan-perempuan tangguh. 

Kemudian sejak tahun 2016 kelompok ini mulai membranding diri dan sekarang akrab dengan nama bilie droe.Bili berasal dari dari bahasa Aceh yang berarti tumbuhan bamban (donax canniformis, tumbuhan sejenis semak yang berasal dari daerah pegunungan yang digunakan sebagai bahan utama anyaman.

Uniknya tanaman bii di kerjakan langsung oleh wanita-wanita tangguh. Usia mereka yang sudah non produktif untuk bekerja tetapi mereka giat untuk mencari nafkah.Pekerjaan yang kita anggap hanya bisa dilakukan oleh anak muda tetapi bisa di lakukan oleh ibu-ibu sang pengrajin bili droe.

Mereka membagi tugas masing-masing seperti ada yang merajut anyaman, memotong tumbuhan bili kering hingga menghaluskan rotan. Pekerjaan tersebut mereka lakukn bersama-sama sambil mengobrol dan tangan tetap bekerja. Tangan mereka terlihat begitu cekatan.

Salah satu pengembangan produk ekonomi kreatif adalah pengembangan usaha kerajinan taganyang di buat dengan bahan dari sumber alam sekitar. Kerajianan anyaman ini juga diketu oleh seorang perempuan tangguh, ibu Ulfa Namanya. 

Ia, menjelaskan tentang proses hingga hasil penjualan.“Biasannya kami memotong tanaman dalam satu bulan dua kali. Tetapi terkadang mau mencapai tiga kali dalam sebulan” hal ini tergantung orderan penjualan” ucapnya.

Bili Droe mampu memproduksi 60 hingga 150 produk. Mulai dari tas, kotak tissue, vas bunga, tempat nasi, keranjang tudung saji dan nasi banyak produk lainnya.

Harga jual sangat terjangkau mulai dari Rp.30.000 sampai dengan Rp. 300.000  sesuai besar kecilnya produk.Saat ini telah terjual bukan hanya di Aceh saja akan tetapi keseluruh Indonesia.

Namun hal tersebut tentu belum cukup mereka ingin produk mereka bisa sampai ke penjuru dunia untuk memperkenalkan warisan budaya Indonesia terkhusus Aceh.

Bili Droe sudah mendapat pembinaan dari pemerintah dalam peningkatan kuaitasnya, kemampuan produktivitasnya. Pembinaan tersebut di lakukan oleh Pemerintah Aceh melalui dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindagkop) Aceh. Barang produk kerajinan yang di produksi bili Droe sudah di promosikan dan dipasarkan di PT. Sarna Jakarta .

Selain itu kelompok pengrajin bili Droe juga menjadi binaan dan masuk dalam wirausaha unggul Bank Indonesia.

Harapannya produk yang di hasilkan bili droe semakin meningkat, baik dari segi kualitas yang sesuai dengan permintaan pasar. Semoga dapat bersaing di dunia pasar nasional maupun pasar global internasional.***


Type and hit Enter to search

Close