Breaking News

Persimpangan Indentitas, Menggali Interseksionalitas Dalam Isu Gender Dan Keadilan Sosial di Aceh


Oleh : Muhammad Aulia Fathan
Mahasiswa Ilmu Politik Fakultas sosial dan Pemerintahan UIN Ar-Raniry 

Globalonenews.my.id, Banda Aceh - dan Keadilan sosial Aceh banyak menghadapi tantangan dalam mencapai keadilan sosial dan kesetaraan gender.

Persimpangan identitas seperti usia, etnis, gender dan status sosial yang dapat di psosiskan dalam individu tertentu pada posisi yang rentan. Di Aceh tersendiri, perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok minoritas lainnya sering sekali menghadapi hambatan struktural yang menghalangi akses kependidikan, pekerjaan, serta partisipasi langsung dalam proses pengambilan keputusan.

Terhadap tantangan yang dihadapi kelompok rentan seperti anak-anak perempuan, khususnya seperti di pedesaan,  masih sering mengalami diskriminasi yang berlapis. Misalnya, wanita sering kali dibatasi peraturan adat dan norma budaya yang memperkecil ruang akses dan mobilitas. 

Selain itu, anak-anak perempuan cenderung tidak diprioritaskan dalam pendidikan yang leih baik atau ke yang lebih tinggi misal “kalau anak perempuan tidak perlu tinggi-tinggi juga sekolah nya ujung–ujung nya di dapur” terutama hal ini terjadi pada komunitas dengan tingkat kemiskinan tinggi dan budaya patriarki, yang seharusnya hal ini perlu di tangkis karna membuat penurunan dalam perkembangan pendidikan, yang seharusnya harus di dukung penuh oleh banyak orang, karna dengan baiknya pendidikan maka akan memperbaiki sesuatu hal yang kurang dari diri kita dan dapat meningkatkan kesadaran.

Penyandang disabilitas juga menghadapi keterbatasan aksesibilitas terhadap fasilitas umum, layanan kesehatan, dan pendidikan yang di tawarkan, hal ini memperparah ketimpangan dan memperkuat siklus kemiskinan. Mengintegrasikan inklusi pada kebijakan dan program di setiap kebijakan pembangunan diperlukan merancang dengan mempertimbangkan terhadap kelompok rentan dengan memikirkan dampak nya misalnya, infrastruktur seperti sekolah, fasilitas umum di luar contoh guiding block, dan portal s, keramik difable dan fasilitas kesehatan harus dibuat ramah disabilitas dan memenuhi kebutuhan nya.

Diperlukan nya perhatian bagi setiap perancangan ifrastruktur maupun fasilitas harus betul-betul meneuhi prasyarat agar ketika berbicara keadilan hal ini sudah di lakukan, ketika belum maka, hal ini harus dipertimbangkan betul agar kesetaraan dan keadilan terwujud di Aceh.

Peningkatan kesadaran masyarakat lewat kampanye yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender dan inklusi dapat mematahkan stigma yang menghalangi partisipasi kelompok rentan di aceh  pengawasan dan evaluasi penting untuk memastikan kebijakan inklusi benar-benar terlaksana dengan pengawasan ketat dan berkala. 

Dalam pembangunan di Aceh, masih ada tantangan besar dalam hal inklusi, walaupun beberapa kebijakan pemerintah telah mendukung promosi kesetaraan gender dan partisipasi kelompok marginal, pelaksanaannya sering terhambat oleh minimnya kesadaran dan komitmen di tingkat lokal yang seharusnya menjadi perihal yang memperihatikan.

Inklusi dalam pembangunan harus menjadi fondasi dari setiap langkah pembangunan di Aceh, upaya ini memerlukan pendekatan interseksional yang mempertimbangkan berbagai lapisan identitas dan kebutuhan kelompok rentan yang harus terpenuhi. Pemerintah dapat memainkan peran penting dengan menyediakan ruang partisipasi publik yang terbuka dan harus memastikan bahwa kelompok rentan memiliki ruang untuk menyuarakan kebutuhan mereka sebagai contoh Forum musyawarah pembangunan desa, misalnya, dapat dioptimalkan dengan melibatkan perempuan yang hanya tidak hadir saja tetapi berpartisipasi, kemudian penyandang disabilitas, komunitas adat dan kaum-kaum muda yang juga harus di beri akses terbuka.

Dalam Pendekatan Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI) memberi solusi tidakhanya berfokus pada gender namun memastikan kebutuhan pada kelompok disabilitas, minoritas, anak anak perempuan, juga anak” muda untuk diberi ruang partisipasi dan akses terhadap isu gender dan keadilan sosial di aceh. Di zaman ini Gen Z memiliki banyak potensi besar karna jiwa dan tingkat kerelawanan nya yang tinggi.
Bagaimana menyuarakan hal tersebut dengan menulis untuk mendorong sebuah perubahan, Gen Z bisa membuat penulisan dapat mengrepresentasikan dan menjadi alat penting bagi permasalahan inklusi dan keadilan sosial di Aceh.

Sebuah penulisan bisa menggambarkan realitas kelompok rentan, menyoroti kebijakan efektif, serta memberikan inspirasi bagi perubahan dalam persimpangan identitas dalam isu gender dan keadilan sosial di Aceh. Harapan untuk Aceh keadilan sosial bukan hanya menciptakan kebijakan dan pembangunan infrastruktur, melainkan juga tentang membangun kesadaran kolektif untuk semua kalangan, semua khalayak dapat menciptakan Aceh yang inklusif dan adil.

Type and hit Enter to search

Close